Arahan Seputar Mendidik Anak Perempuan
Oleh: Asy Syaikh Dr Ali Bin Yahya Al Haddaadiy
Segala puji hanya bagi Allah. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada hamba dan utusan-Nya Muhammad, juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du:Para pembaca sekalian, tidak ada seorang pun dari kalian kecuali dia akan dibangkitkan oleh Tuhannya setelah mati. Dan ia akan ditanya serta dihisab tentang segala apa yang telah ia kerjakan di dunia ini. Dan salah satu hal yang akan ditanyakan kepada seorang hamba adalah bagaimana ia memelihara dan mendidik istri dan anaknya.
Berkenaan dengan ini, Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam bersabda: “Seorang laki-laki itu adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya. Dan seorang perempuan itu adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya” (al hadits).
Pembicaraan tentang pendidikan itu akan memiliki sedemikian banyak cabang. Namun di sini saya hanya akan membatasi diri pada hal yang berkaitan dengan pendidikan anak-anak putri secara khusus. Karena pentingnya kedudukan mereka, dan besarnya pengaruh mereka dalam moral dan perilaku masyarakat. Sesungguhnya kalau seorang putri itu tumbuh besar, ia akan menjadi seorang istri, atau ibu atau guru atau peran-peran kehidupan lainnya yang akan ia nanti. Maka apabila ia baik, baik pula sedemikian banyak hal. Namun kalau ia rusak, rusak pula sedemikian banyak hal. Poin inti pembahasan singkat ini adalah sebagai berikut:
Keutamaan anak-anak perempuan dan penghapusan sikap penghinaan yang jahiliy
Kalau kita amati kitab Allah, kita dapati bahwa Allah mencela sedemikian keras orang-orang jahiliyah terdahulu. Yaitu ketika salah seorang dari mereka diberikan kabar gembira bahwa telah lahir untuknya seorang anak perempuan, ia menjadi merasa sedemikian tidak suka. Wajahnya menghitam dan hatinya begitu memendam amarah. Lalu ia menjadi malu terhadap kaumnya sehingga ia menutup diri dari mereka. Kemudian ia mulai membisiki dirinya sendiri, apakah akan ia kubur putrinya itu hidup-hidup ataukah ia biarkan saja dengan keadaan hina. Allah mencela mereka sedemikian keras atas perbuatan tersebut. Dan perasaan-perasaan jahiliyyah seperti ini masih saja ada pada hati sebagian laki-laki apalagi kalau istrinya telah banyak melahirkan anak perempuan, sedangkan seorang istri itu hanyalah seperti hamparan tanah yang menumbuhkan benih yang disebarkan oleh penanam. Bahkan kadangkala ada yang sampai menceraikan istrinya setelah persalinan, kita berlindung kepada Allah dari kebodohan dan kepandiran.
Pada masa jahiliyah dulu, perempuan tidak dianggap apa-apa. Sampai-sampai seorang ayah bisa mengubur putrinya hidup-hidup sedang ia sendiri memelihara anjingnya dan memberi makan ternaknya. Maka Allah menghapuskan cara pandang yang merendahkan ini dan meninggikan kedudukan perempuan serta menempatkannya pada posisinya yang alami dan sesuai dengan mewajibkan laki-laki untuk memenuhi hak-hak perempuan dan mewajibkan perempuan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban mereka. Oleh karenanya Allah mengarahkan perkataan-Nya kepada perempuan sebagaimana Ia mengarahkan perkataan-Nya kepada laki-laki, baik untuk memberikan perintah atau larangan. Dan Allah mengkhususkan perempuan dengan hukum-hukum yang sesuai dengan mereka dan cocok dengan fitrah mereka.
Sesungguhnya melahirkan itu adalah perkara yang telah Allah takdirkan. Yaitu perkara yang hanya ada di tangan Allah. Ia memberi anak perempuan kepada siapa saja yang Ia kehendaki dan memberi anak laki-laki kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Atau Ia memberi anak laki-laki dan perempuan sekaligus untuk sebagian orang yang lain. Dan Ia menguji sebagian yang lain dengan kemandulan. Allah berfirman:
يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ . أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيمًا
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S.42:49-50)
Perhatikanlah bagaimana Allah mendahulukan penyebutan anak-anak perempuan dan mengakhirkan penyebutan anak-anak lelaki, sebagai sanggahan atas mereka yang menghinakan kedudukan anak-anak perempuan dan memandang rendah derajat mereka serta tidak menganggap mereka apa-apa.
Oleh karena itu bersikap ridholah dengan apa yang telah Allah bagikan untukmu. Karena sesungguhnya engkau tidak tahu di mana kebaikan itu?! Berapa banyak para ayah yang sedemikian senang saat diberikan kabar gembira dengan datangnya seorang anak laki-laki, tapi kemudian anaknya itu menjadi musibah besar baginya dan menjadi sebab kesulitan hidup dan panjangnya rasa duka dan sedihnya. Dan berapa banyak para ayah yang kecewa saat diberikan kabar gembira tentang kedatangan seorang anak perempuan, sedang ia menanti-nanti anak laki-laki, namun kemudian anak perempuannya itu menjadi anak yang mengurusnya dengan tangan yang penuh kelembutan dan hati yang penuh kasih sayang serta menjadi orang yang menolongnya di masa-masa sulit.
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa hakikat penyejuk mata bukanlah pada keadaan anak yang dilahirkan itu adalah laki-lakia atau perempuan. Akan tetapi penyejuk mata sesungguhnya adalah apabila anak tersebut menjadi keturunan yang sholih dan baik, baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Allah berfirman ketika menyifati para ‘Ibaadurrohman (hamba-hamba Allah Yang Maha Rahman):
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“..anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S.25:74)
# Berbuat baik kepada anak-anak perempuan, bentuk dan caranya #
Saudaraku sesama muslim,
Kalau Allah mengaruniakanmu seorang anak perempuan, maka baik-baiklah dalam mendidiknya, menafkahinya dan memperlakukannya dengan mengharap balasan dari Allah untuk itu semua. Tidakkah engkau tahu ganjaran apa yang akan engkau dapatkan dari Allah kalau engkau melakukan semua itu? Kalau engkau lakukan semua itu, maka engkau akan bersama Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam di akhirat.
Di dalam hadis, Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Barangsiapa yang menafkahi dua orang anak perempuan sampai keduanya baligh, ia akan datang pada hari kiamat, dengan keadaan aku dan dia (lalu beliau menghimpun jari jemari beliau). Diriwayatkan oleh Muslim.
Dan Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Barangsiapa yang diberikan ujian dengan sesuatu melalui anak-anak perempuan ini, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, maka mereka akan menjadi penghalang untuknya dari api neraka”. Muttafaqun ‘alayhi.
Dan perlakuan baik kepada mereka itu dengan banyak hal. Di antaranya:
* Baik dalam memilih ibu untuk mereka. Ini adalah bentuk pertama perlakuan baik terhadap anak-anak. Karena baiknya itu merupakan salah satu sebab baiknya anak-anak -insya Allah. Berapa banyak anak-anak yang Allah jaga dengan kebaikan orangtua mereka.
* Baik dalam memilihkan nama untuk mereka. Karena nama itu mempunyai pengaruh terhadap penyandangnya. Dan nama itu bermacam-macam. Ada yang mustahab, ada yang boleh, ada yang makruh dan ada yang diharamkan. Kebanyakan orang sekarang, hanya mau mencari nama yang baru (tidak umum -pent) tanpa melihat kandungan makna dan hukumnya.
Berapa banyak anak perempuan yang menyandang nama yang bermakna buruk?! Berapa banyak anak perempuan yang menyandang nama ‘ajam (non-arab) padahal dia keturunan orang arab dan hidup di lingkungan arab!?
* Mencukupi kebutuhan tubuhnya: makanan, pakaian dan obat. Mencari usaha untuk tujuan ini adalah salah satu sebab masuk surga. Pernah ada seorang perempuan yang masuk menemui Aisyah rodhiyallaahu’anhaa bersama dua putrinya. Perempuan itu fakir dan sudah tak bersuami. Aisyah berkata: “Ia meminta makanan kepadaku. Maka yang ada padaku hanyalah sebutir kurma. Ia pun mengambilnya dan membaginya untuk dua putrinya sedang ia tidak makan apa-apa. Kemudian ia berdiri dan keluar bersama dua putrinya. Datanglah Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam dan aku ceritakan kepada beliau kejadian tersebut. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah telah memastikan untuknya surga dengan perbuatannya itu, dan membebaskannya dari api neraka”. Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
* Memuliakan mereka, bersikap lembut dan sayang kepada mereka.
Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam itu, kalau Fatimah masuk menemui beliau, beliau berkata: “Selamat datang putriku”. Suatu hari beliau sholat bersama orang banyak sambil menggendong Umamah cucu beliau dari Zainab. Maka kalau beliau ruku’, Umamah diletakkan. Dan kalau beliau bangun, Umamah digendong. Seolah-olah tidak ada satupun orang yang akan mengurus Zainab, sehingga beliau khawatir terhadapnya. Atau hal itu beliau lakukan untuk mengajarkan orang banyak agar mereka mengikut petunjuk beliau shollallaahu’alayhiwasallam.
Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam termasuk orang yang paling sayang dengan anak-anak secara umum, baik mereka itu laki-laki ataupun perempuan. Beliau mencium mereka, mengusap kepala mereka, mendoakan mereka dan bermain-main dengan mereka. Hal-hal seperti ini sangat baik sekali.
Ketika seorang anak perempuan semakin besar, ia semakin membutuhkan perasaan dihargai dan dihormati. Kalau kebutuhan ini tercukupi dan di rumah orang tuanya ia merasa mempunyai nilai dan kedudukan, maka itu adalah sebab utama kestabilan dan ketenangan jiwanya dan kebaikan keadaannya.
Akan tetapi kalau ia mendapatkan hinaan dan ketidakpedulian, dan ia hanya diperlakukan dengan bahasa perintah dan larangan serta suruhan melayani, itu akan membuatnya menaruh kebencian terhadap rumah dan keluarganya. Bisa saja kemudian syetan membisikinya sehingga kemudian ia mencari kelembutan dan kasih sayang yang tidak ia dapatkan dengan menempuh cara-cara haram. Dan itu menyebabkannya jatuh ke jurang yang dalam dan hanya Allah yang Maha Tahu di mana dasarnya.
* Bersikap adil terhadapnya dan saudara-saudaranya yang laki-laki ataupun yang perempuan. Karena perasaan dizolimi yang ia alami dan sikap lebih banyak berpihak kepada selain dirinya daripada kepada dirinya, menanamkan rasa benci di dalam dirinya terhadap orangtua, dan rasa dengki kepada saudara atau saudari yang dilebihkan. Maka bertakwalah kepada Allah dan bersikap adillah kepada anak-anak kalian. Baik dalam nafkah, yaitu dengan memberi masing-masing sesuai kebutuhannya. Atau dalam hibah, yaitu dengan memberi anak laki-laki sebesar dua jatah anak perempuan. Dan kalau dipukul rata di antara mereka dalam jatah hibah tersebut, maka itu juga baik.
* Mendidiknya dengan pendidikan islami dan mengawasinya sejak usia awal. Mendidiknya dengan adab-adab memohon izin, adab-adab makan dan minum, adab-adab berpakaian, menuntunnya mengucapkan beberapa ayat Al Quran yang mudah dan beberapa dzikir yang masyru’, mengajarinya berwudhu dan sholat serta memerintahkannya untuk melaksanakan sholat pada usia tujuh tahun dan mengharuskannya kalau sudah berusia sepuluh tahun. Kalau ia tumbuh di atas kebaikan, maka ia akan terbiasa dengan kebaikan itu dan mencintainya. Ia pun akan mudah beriltizam dan teguh dengan kebaikan tersebut.
* Mengajari dan melatihnya dengan hal-hal yang akan ia butuhkan setelah berumah tangga. Seperti adab-adab memperlakukan suami, mengurusi rumah mulai dari memasak, bersih-bersih dan sebagainya. Ada beberapa kekeluarga yang menyepelekan hal ini. Sehingga ketika gadis itu pindah ke rumah suaminya, ternyata ia tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus suami dan sebagainya. Dan bisa jadi suaminya itu bukan orang yang penyabar dan cepat marah, maka muncullah problem-problem dalam waktu yang masih sangat dini. Dan bisa juga itu berakhir dengan perceraian.
* Segera menikahkannya kalau dia telah sudah cukup dewasa dan ada seorang laki-laki yang baik agamanya, amanahnya dan akhlaknya, yang datang untuk melamar sedang gadis itu juga menyukainya. Sesungguhnya ini adalah perlakuan baik yang paling besar. Karena terlambatmenikahnya seorang gadis adalah salah satu sebab utama penyimpangan dari jalan yang lurus. Lebih-lebih di zaman sekarang ini.
Dan urusan pernikahan gadis tersebut hendaknya dipermudah oleh walinya, seperti maskawin dan keperluan-keperluan lain. Semua itu termasuk hal-hal yang memotivasi para lelaki yang akan datang melamarnya dan melamar saudari-saudarinya setelahnya. Dan hendaknya setiap keluarga berhati-hati dalam mengakhirkan pernikahan putri mereka dengan alasan menyelesaikan studi atau dengan alasan bahwa putri mereka masih kecil dan alasan-alasan lain yang lemah karena itu adalah perkara yang hanya akan memberi akibat buruk dalam masyarakat.
* Secara rutin mengunjunginya setelah menikah, menengok kebutuhan-kebutuhannya dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang ia hadapi serta menyertainya dalam suka dan duka. Dan setiap keluarga, terutama ibu, hendaknya berjaga-jaga untuk tidak langsung mencampuri kehidupan putrinya. Karena kalau ia sering mencampuri urusannya, hal itu bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga putrinya sendiri.
Cara-cara pencegahan hal-hal berbahaya di zaman ini:
Bukanlah suatu hal yang samar untukmu, wahai saudaraku sesama muslim, bahwa kita hidup di zaman yang begitu banyak fitnahnya. Dan di dalamnya tersedia berbagai macam jalan kerusakan dan kesesatan yang belum pernah ada di masa-masa yang lalu. Hal ini semakin mempertegas betapa besarnya tanggung jawabmu, dan mengharuskan peningkatan upaya dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan serta menempuh sebab-sebab keselamatan. Di antara cara pencegahannya secara ringkas adalah:
* Keistiqomahan dan kesalehan ayah dan ibu. Karena kesalehan orangtua termasuk salah satu sebab agar Allah menjaga keturunan mereka. Sebagaimana yang Ia firmankan dalam surat Al Kahfi dalam kisah Musa dan Khidir:
حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَن يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْ شِئْتَ لاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
“..hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”. (Q.S.18:77)
Setelah itu Khidir berkata menjelaskan sebab mengapa ia memperbaiki dinding itu tanpa mengambil upah:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;..” (Q.S.18:82)
Maka Allah menjaga dua anak itu dengan kesalehan orangtua mereka.
* Memperhatikan perkara do’a. Karena do’a itu mempunyai pengaruh yang besar. Rintihan dan permohonan kedua orangtua kepada Allah agar Ia memperbaiki keadaan anak-anak mereka termasuk salah sebab dan merupakan pintu kebaikan. Dan sebuah khobar yang cukup baik berkaitan dengan hal ini adalah riwayat bahwa Fudhoil Bin ‘Iyadh -imam masjidil harom di zamannya- berkata: “Ya Allah sesungguhnya aku telah bersungguh-sungguh untuk mendidik putraku Ali, namun aku tak dapat mendidiknya, maka didiklah ia oleh-Mu untukku”. Maka berubahlah keadaan putranya sehingga menjadi salah satu orang saleh terbesar di zamannya dan ia mati pada waktu sholat fajr ketika imam membaca firman Allah:
وَلَوْ تَرَىَ إِذْ وُقِفُواْ عَلَى النَّارِ فَقَالُواْ يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: “Kiranya kami dikembalikan (ke dunia)..” (Q.S.6:27)
[Lihat: Siyaru a'laamin nubalaa` (8/390)]
Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam telah mengajari kita untuk berlindung kepada Allah dari segala fitnah. Dan demikian juga hendaknya anak-anak itu diajari do’a-do’a dan mereka dituntun untuk mengucapkan do’a yang semoga Allah memberikan manfaat untuk mereka dengan do’a tersebut. Dan ketika Yusuf ‘alayhissalam diuji dengan fitnah wanita, ia berkata:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ . فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” Maka Tuhannya memperkenankan do’a Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.12:33-34)
Dan Allah menjelaskan bahwa sebab diperkenankan-Nya do’a Yusuf adalah karena Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sehingga orang yang beriman mengetahui bahwa kalau ia berdo’a kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka sesungguhnya Allah itu Maha Dekat dan Maha mengabulkan.
* Terus menerus memberikan anak putri tersebut arahan dan peringatan dengan cara yang sesuai, secara langsung atau dengan sindiran sesuai yang dibutuhkan oleh keadaan. Karena hati itu seringkali lalai dan sadarnya adalah dengan nasehat dan peringatan, dan peringatan itu akan bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
* Mengarahkannya untuk baik-baik memilih sahabat. Karena persahabatan itu memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku, pemikiran dan sebagainya. Dan dalam hadis: “Seseorang itu sesuai dengan akhlak kholil-nya (sahabat karib yang dicintainya -pent). Maka hendaknya masing-masing kalian memperhatikan siapa orang yang ia jadikan sebagai kholil-nya”.
* Menjauhkan rumah dari sarana-sarana yang merusak dan menghancurkan. Sesungguhnya sekian banyak saluran-saluran televisi dan sekian banyak situs-situs internet itu lebih banyak menghancurkan daripada membangun, dan lebih banyak membahayakan daripada memberi manfaat serta lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Berapa banyak sudah kehormatan yang terenggut karenanya, dan berapa banyak sudah kemuliaan yang ternodai karenanya, maka keselamatan itu akan diperoleh dengan menjauhkan diri dari sarana-sarana kerusakan itu. Dan keselamatan itu tidak dapat dihargai seberapapun. Kalau sarana-sarana ini ada di dalam rumah, maka hendaknya kepala keluarga tersebut memperhatikan jangan sampai sarana-sarana tersebut sedemikian terbuka lebar untuk keluarganya, sehingga mereka bisa mengikuti acara apapun saja yang mereka mau, dan berhubungan dengan suatu jaringan kapanpun mereka mau. Karena dengan begitu mereka akan membahayakan diri mereka sendiri dengan suatu bahaya besar. Demikian juga dengan alat-alat komunikasi, handphone, yang kini tidak sekedar sarana komunikasi semata akan tetapi sudah jauh lebih dari itu. Karena satu perangkat saja sudah memiliki perekam suara, alat foto, penayang film. Dan betapa sering ia digunakan untuk menyebarkan kekejian.
* Menunaikan kewajiban memberi perhatian. Kesungguh-sungguhan orang tua dalam memperhatikan putri mereka, dan pengawasan mereka yang terus menerus terhadapnya merupakan salah satu sebab senantiasa baiknya keadaan putri mereka itu. Sebagaimana kelengahan dan kendurnya pengawasan merupakan salah satu sebab ketergelinciran. Maka tunaikanlah kewajibanmu dengan sungguh-sungguh, jangan izinkan keluargamu ber-tabarruj dan ber-sufur serta ber-ikhtilat dengan lelaki yang bukan mahrom, juga bepergian tanpa mahrom. Para wanita itu hanya akan berani melakukan semua itu kalau mereka melihat wali mereka tidak peduli dan menyepelekan.
* Dan berhati-hatilah dari renggangnya tali ikatan kekeluargaan. Sekian banyak keluarga mengeluhkan lemahnya ikatan di antara anggota suatu keluarga. Masing-masing mereka sibuk dengan dirinya sendiri. Sang ayah di sini dan sang ibu di sana dan anak-anak ada di alam khusus mereka sendiri-sendiri. Sudah pasti, kekosongan ini akan melahirkan problem-problem besar akan tetapi ia tumbuh sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu hingga tiba hitungan nol dan terjadilah ledakan dan tersadarlah keluarga itu akan tetapi setelah lewat waktunya.
* Jangan engkau mengira, wahai saudaraku sesama muslim, bahwa bahaya yang mengancam para wanita hanya berupa bahaya penyimpangan moral dengan terjatuh pada kekejian-kekejian atau obat-obatan terlarang dan semisalnya. Akan tetapi ia juga terancam dengan bahaya yang lain, yaitu bahaya pemikiran. Para wanita itu terancam jeratan firqoh-firqoh yang hancur yang dikhabarkan oleh Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam dan yang mencapai jumlah 73 firqoh. Berapa banyak wanita sekarang yang menganut paham Khowarij dan berpengaruh pada suami, anak dan murid mereka?! Berapa banyak wanita yang menyandang akidah sufi, mendirikan majelis dan perayaan sufi yang tidak pernah Allah turunkan dalil tentangnya!? Dan berbagai bentuk pelanggaran sunnah lainnya.
Hal ini mengharuskan para kepala keluarga untuk berhati-hati dan mawas diri dengan memperhatikan sumber-sumber makanan pemikiran yang mengisi qalbu dan hati keluarganya.
Demikianlah dan aku memohon hidayah dan kebaikan serta keistiqomahan kepada Allah untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat, sebagaimana aku memohon kepada Allah agar Ia memberikan tawfiq kepada para wanita muslimah untuk berkomitmen dengan agama mereka dan berdiri kokoh di atas manhaj yang benar. Dan agar Ia melindunginya dari segala fitnah yang menyesatkan, yang zahir maupun yang batin. Wal hamdu lillaahi robbil ‘aalamiin.
Diterjemahkan oleh tim redaksi akhwat.web.id dari tautan: http://sahab.net/home/index.php?Site=News&Show=844
Sumber: http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/munakahat-keluarga/arahan-seputar-mendidik-anak-perempuan/
Baca Selengkapnya »»