Sabtu, 27 Desember 2008

Umar bin Khaththab

`Umar bin Khaththab


Anak- anak semoga Alloh merohmati kalian semua, setelah kita mengenal Abu Bakar ash Shiddiq kita akan mengenal pengganti beliau yaitu Khulafaur Rosyidin yang kedua. Nama lengkap beliau adalah `Umar bin Khoththob bin Nufail bin `abdul `Uzza, lahir di Makkah, dari Bani Adi, keturunan suku Quraisy. Orangtua beliau bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim.
Beliau yang pertama dipanggil Amirul Mu'minin `Umar ibnul Khaththab. sedangkan Abu Bdipanggil Kholifatul Rosulillah. `Umar dijuluki oleh ­Rosulullah shallallahu `alaihi wassalm dengan julukan Al Faruq.
`Umar selalu meminta pendapat para shohabat termasuk `Ali bin Abi Tholib termasuk untuk keluar memerangi Persia dan Romawi dan beliau menerima masukan itu.

Di tahun yang sama (16 H), terjadi pula Perang Jalaula'. Yazdasir putra Kisra berhasil dikalahkan. Takrit berhasil ditaklukkan. Umar berangkat berperang kemudian menaklukkan Baitul Maqdis dan menyampaikan khotbahnya yang sangat terkenal di al-Jabiah. Pada tahun ini juga, Qonasrin ditaklukkan dengan kekerasan. Halab, Anthokiah, dan Manbaj ditundukkan lewat pertempuran.
Tahun 17 Hijriyah, `Umar memperluas Masjid Nabawi. Pada masa pemerintahan bekliau pernah terjadi kemarau panjang sehingga beliau mengajak penduduk untuk sholat minta hujan. Dengan perantaraan do'a `Abbas bin `Abdil Mutholib seorang paman nabi, hujan pun turun. Ibnu Sa'ad meriwayatkan bahwa Umar keluar untuk sholat meminta hujan, ia mengenakan selendang Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada tahun ini pula, al-Ahwaz ditaklukkan secara damai.

Anak-anak ketahuilah pernah terjadi suatu musibah yang dahsyat, yaitu wabah tho`un dimana tentara islam yang Syam mendapat musibah wabah tho'un pada tahun 12 Hijriah. Setelah mendengar hal ini, `Umar yang menuju Madinah ingin kembali lagi ke Syam. Beliau lalu meminta pendapat para sahabatnya. Para shohabat berselisih pendapat ada yang setuju da yang tidak, kemudian `Abdurrahman bin `Auf datang dan menyampaikan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

"Apabila kalian mendengar terjadinya suatu wabah di suatu negeri, janganlah kalian datang ke negeri tersebut. Dan apabila terjadi wabah di suatu negeri, sedangkan kalian tengah berada di negeri tersebut, janganlah kalian keluar melarikan diri dari sana. "

Karena itu, Umar kembali lagi ke Madinah.
Pada tahun 19 Hijriyah, Qisariah ditaklukkan lewat peerangan. Sedangkan pada tahun 12 Hijriyah, Mesir ditundukkan lewat serangan yang pasukan islam dipimpin shahabat `Amru bin `Ash. Dikatakan bahwa Mesir secara keseluruhan ditaklukkan secara damai kecuali Iskandariah. Di tahun ini pula Maroko di benua Afrika ditaklukkan jug lewat peperangan. Kholifah `Umar mengusir yahudi dari Khoibar dan Najron.

Tahun 21 Hijriyah, Iskandariah dan Nahawand ditaklukkan melalui pertempuran yang dahsyat . Tahun 22 Hijriyah Adzerbaijan ditaklukkan dengan kekuatan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa negeri ini ditaklukkan dengan cara damai. Pada tahun ini pula, Dainur, Hamdan, Tripoli Barat, dan Rayyi ditaklukkan melalui kekuatan senjata. Pada tahun ke­ 23 Hijriyah, sisa-sisa negeri Persia ditaklukkan yang meliputi negeri Kroman, Sajistan, Ashbahan, dan berbagai pelosoknya. Pada akhir tahun 23 Hijriyah, Amirul Mukminin `Umar menunaikan ibadah haji.

Sa'id bin Musayyab berkata, "Setelah nafar (berangkat) dari Mina, `Umar singgah di Abthakh kemudian duduk bersila dan mengucapkan do'a seraya mengangkat kedua tangannya,

"Ya Allah, usiaku telah lanjut, kekuatanku telah mulai lemah, rakyatku telah tersebar luas. Karenanya, panggillah aku kepada-­Mu tanpa ada kewajiban yang aku sia-siakan atau amalan yang melewati batas.”

Pada penghujung bulan Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah, `Umar ibnul Khaththab syahid terbunuh.

Imam Bukhori meriwayatkan dari Aslam bahwa Khalifah Umar pernah berdo'a,

"Ya Allah, karuniailah aku mati syahid di jalan-Mu dan jadikan­lah kematianku di negeri Rasul-Mu.”

Anak-anak yang Alloh membrikan kebaikan pada kalian, insya Allah tentu kalian sudah mengetahui orang yang membunuh Umar adalah seorang Majusi bernama Abdul Mughirah yang biasa dipanggil Abu Lu'lu'ah. Ia membunuh `Umar karena ia pernah datang mengadu kepada `Umar tentang berat dan banyaknya pajak yang harus dia keluarkan, tetapi `Umar menjawab, "Pajak mutidak terlalu banyak." Dia kemudian pergi sambil menggerutu, "Keadilannya men­jangkau semua orang kecuali aku." Ia lalu berjanji akan membunuhnya. Ia persiapkan sebuah pisau belati yang telah diasah dan diolesi dengan racun . Saat `Umar berangkat ke masjid seperti biasanya menunaikan shalat shubuh, langsung saja ia menyerang dan dtikamnya `Umar dengan tiga tikaman dan berhasil merobohkannya. Kemudian setiap orang yang berusaha mengepung dirinya diserangnya pula sampai ada salah seorang yang berhasil menjaringkan kain kepadanya. Setelah melihat bahwa dirinya terikat dan tidak bisamelarikan diri, dia membunuh dirinya dengan pisau belati yang dibawanya.

Namun sebagian mengatakan pembunuhan juga berdasarkan dendam atas kekalahan Persia melawan islam. Ketika diberitahukan bahwa pembunuhnya adalah Abu Lu’lu’ah, `Umar berkata, "Segala puji bagi Alloh yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang muslim." `Umar kemudian berwasiat kepada putranya, "Wahai Abdulloh, periksalah utang-­utangku!"

Setelah dihitung, ternyata `Umar mempunyai utang sejumlah 86.000 dirham. `Umar lalu berkata, "Jika harta keluarga `Umar sudah mencukupi, bayarlah dari harta mereka. Jika tidak mencukupi, pintalah kepada bani Adi. Jika harta mereka juga belum mencukupi, mintalah kepada Quraisy." Selanjutnya `Umar berkata kepada anaknya, "Pergilah menemui Ummul Mukminin `Aisyah! Katakan bahwa `Umar meminta izin untuk dikubur berdampingan dengan kedua sahabatnya (maksudnya Nabi dan Abu Bakar )." Mendengar permintaan ini, `Aisyah menjawab, "Sebetulnya tempat itu kuinginkan untuk diriku sendiri, tetapi biarlah sekarang kuberikan kepadanya." Setelah hal ini disampaikan kepadanya, `Umar langsung memuji Alloh.

Sebagian shohabat berkata kepada `Umar, "Tunjuklah orang yang engkau pandang berhak menggantikanmu." Umar kemudian menjadi­kan urusan ini sepeninggalnya sebagai hal yang disyurakan antara enam orang, yaitu `Utsman bin `Affan, `Ali bin Abu Thalib, Tholhah bin `Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqosh, dan `Abdurrahman bin `Auf . Dan `Umar berkata, "Saya tidak menanggung urusan mereka semasa hidup ataupun sesudah mati. Jika Alloh menghendaki kebaikan buat kalian, Alloh akan menghimpun urusan kalian pada orang yang terbaik di antara mereka sebagaimana Alloh telah menghimpun kalian pada orang yang terbaik di antara kalian sesudah Nabi kalian."

Demikianlah anak-anak semoga kalian diberi taufik oleh Robb kita, kisah amirul mukminin `Umar bin Khaththab yang meninggal syahid, semoga kita dimudahkan oleh Alloh mengikuti langkahnya menjadi muslim sejati. Amin.

Tidak ada komentar: